Hari Suci Kathina atau Khathina Puja merupakan hari bakti umat Buddha kepada Sangha. Sangha merupakan persaudaraan para bhikkhu/ bhikkhuni. Sangha merupakan lapangan untuk menanam jasa yang tiada taranya di alam semesta ini. Sangha merupakan pewaris dan pengamal Buddha Dhamma yang patut dihormati. Dengan adanya Sangha, yang anggotanya menjalankan peraturan-peraturan kebhikkhuan (vinaya) dengan baik, maka Buddha Dhamma akan berkembang terus di dunia ini. Sangha merupakan pemeliharaan kitab Suci Tipitaka/ Tripitaka.

Kathina Puja diselenggarakan selama satu bulan, mulai dari sehari sesudah para bhikkhu/ bhikkhuni selesai menjalankan masa vassa. Masa vassa adalah masa musim hujan di daerah kelahiran Sang Buddha. Lamanya masa vassa adalah tiga bulan, yaitu sehari sesudah bulan purnama penuh dibulan Asadha (Juli) sampai dengan sehari sebelum hari Kathina (Oktober). Selama masa vassa, para bhikkhu/ bhikkhuni harus berdiam di suatu tempat (Vihara) yang telah ditentukan.

Sejarah

Pada awalnya para bhikkhu melakukan penyiaran Dharma tidak mengenal waktu atau sepanjang tahun. Hal ini menimbulkan kritikan dari masyarakat karena pada musim hujan banyak serangga dan tunas-tunas yang terinjak oleh para bhikkhu (Vin. I, 137-138).

Karena itu, Buddha mengijinkan para bhikkhu untuk melakukan latihan atau penyepian di satu vihara tertentu dan mematuhi peraturan vassa. Kewajiban ini tidak mengabaikan tugas bhikkhu lain yang penting sehingga para bhikkhu masih diperkenankan bepergian sepanjang tidak lebih dari tujuh hari (Vin. I, 143). Maka, masa kebhikkhuan seorang bhikkhu diukur dari berapa vassa yang sudah dijalani dengan baik, bukan dari berapa lama ia menjadi bhikkhu.

Diakhir masa vassa, yaitu pada hari purnama di bulan  assayuja, dilaksanakan upacara pavarana. Paravana berarti intropeksi diri selama masa vassa dengan megakui kesalahan, menerima kritik atau nasehat, dan membaca patimokha. Pada hari berikutnya hingga purnama di bulan kattika dapat dipilih salah satu dari waktu satu bulan untuk menyelenggarakan upacara kathina. Maka upacara kathina tidak hanya sehari melainkan sebulan penuh, tetapi di vihara tempat para bhikkhu menjalani vassa hanya boleh dilaksanakn sekali saja.

Umat mempersembahkan empat kebutuhan pokok para bhikkhu berupa jubah, makanan, obat-obatan dan tempat tinggal. Upacara penyerahan jubah dihubungkan dengan riwayat tiga puluh orang bhikkhu dari Pava. Dalam perjalananya mereka singgah di kota Saketa untuk menjalani vassa. Setelah sembilan puluh hari hujan tidak berhenti, mereka menembus hujan dengan tujuan menemui Buddha di kota Savatthi. Melihat para bhikkhu yang demikian basah dan kotor, Buddha mengijinkan agar mereka memperoleh jubah yang baru. Sejak itu menjadi lazim setiap anggota mendapatkan seperangkat jubah baru setahun sekali setelah menyelenggarakan vassa (Vin. I, 253-254).

Makna Hari Kathina Puja

Umat Buddha menunjukkan rasa terima kasihnya kepada para bhikkhu/ bhikkhuni yang telah menjalankan masa vassa dengan memberi persembahan Kain Kathina (Kathinadussam) yang berwana putih sebagai bahan pembuatan jubah Kathina.

Selain itu, dana Kathina juga dapat berupa jubah atau civara dan barang-barang keperluan bhikkhu sehari-hari, seperti handuk, sabun, odol, sikat gigi, pisau cukur, obat-obatan, makanan serta perlengkapan vihara. Umat Buddha juga dapat memberikan dana berupa uang yang akan dipergunakan untuk biaya perjalanan bhikkhu/ bhikkhuni dan lain-lain dalam mengembangkan Buddha Dhamma. Berdana kepada Sangha ibarat menanam benih di ladang yang subur.

Perjuangan seorang bhikkhu adalah perjuangan untuk menaklukkan dirinya sendiri. Dengan perjuangan batin itulah, seorang bhikkhu sekaligus menjadi contoh moral bagi kehidupan umat awam. Oleh karena itu, seorang bhikkhu bukan semata-mata pengabdi sosial. Menjadi pengabdi sosial dapat dilaksanakan dengan tidak harus menjadi bhikkhu. Seorang bhikkhu adalah pejuang batin dan contoh moral bagi masyarakat.